perilaku konsumen 5
Perilaku Konsumen Islami
Perilaku
konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih di antara
berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumberdaya (resources)
yang dimiliki sesuaidengan syariat islam.Perilaku
konsumen juga merupakan aktivitas seseorang saat
mendapatkan, mengkonsumsi, barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel,
2001).perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis
dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan
pertukaran aspek hidupnya. Dengan kata lain perilaku konsumen mengikutkan
pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses
konsumsi.Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan
dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan
tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan barang dan jasa yang
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Berdasarkan definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan
proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau
jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.
1.2 Fungsi Kesejahteraan dan Utilitas oleh Imam Al-Ghazali
Seorang
ulama besar, Imam Al-Ghazali telah memberikan sumbangan yang besar dalam
pengembangan dan pemikiran di dunia Islam.Sebuah tema yang menjadi pangkal
tolak sepanjang karya-karyanya adalah konsep maslahat, atau kesejahteraan
sosial atau utiliti (kebaikan bersama)..[1]Menurut Al-Ghazali, kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat
tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar: (1) agama (al-dien);(2)
hidup atau jiwa (nafs); (3) keluarga atau keturunan (nasl); (4)
harta atau kekayaan (maal); dan intelek atau akal (aql). Ia
menitik beratkan bahwa sesuai tuntunan wahyu, “kebaikan dunia ini adalah
akhirat (maslahat al-din wa al-dunya) merupakan tujuan utamanya.[2]
Selanjutnya ia mengidentifikasi mengapa seseorang harus melakukan
aktivitas-aktivitas ekonomi: (1) mencukupi kebutuhan hidup yang brsangkutan;
(2) mensejahterakan keluarga; (3) membantu orang lain yang membutuhkan tidak
terpenuhinya ketiga alasn ini dapat “dipersalahkan” menurut agama.[3]
Walaupun Ghazali memandang manusia sebagai “maximize” atau selalu ingin lebih, ia tidak melihat kecenderungan tersbut sebagai
sesuatu yang harus dikutuk oleh agama.
Y
|
Utility/kepuasan
|
“Manusia
senang mengumpulkan kekayaan dan kepemilikan yang bermacam ragam.Bila ia
sudah memiliki dua lembah emas, maka ia juga akan menginginkan lembah emas
yang ketiga.” (Ihya, 2;280). Kenapa?Karena “manusia memiliki aspirasi
yang tinggi.Ia selalu berfikir bahwa kekayaan yang sekarang cukup mungkin
tidak akan bertahan, atau mungkin akan hancur sehinggan ia akan membutuhkan
lebih banyak lagi. Ia berusaha untuk mengatasi rasa takut ini
dengan mengupulkan lebih banyak lagi. Tetapi ketakutan semacam ini tidak akan
berakhir, bahkan bila ia memiliki semua harta di dunia” (Ihya, 3:346).
|
Gambar:Keinginan Manusia akan Harta yang Tidak
Pernah Terpuaskan
·
Fungi Utility ( Nilai Guna)
Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (utility function) digambarkan
oleh kurva indiferen (indifference curve).Biasanyayang digambarkan adalah utility function antara dua barang
(jasa) yang keduanya memang disukai oleh konsumen.
Dalam membangun teori utility function, digunakan tiga aksioma pilihan rasional:
1.
Completeness (kelengkapan)
Aksioma ini mengatakan bahwa setip individu
selalu dapat menetukan keadaan mana yang lebih disukai di antara dua keadaan.
Bila A dan B adal du keadaan yang berbeda, maka individu selalu dapat menetukn
secar tepat satu diatr tiga kemungkinan ini:
Ø A lebih disukai dari pada B
Ø B lebih disukai dari pada A
Ø A dan B sama menariknya
2.
Transivity
Aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengataka “A lebih
disukai dari pada B”, dan “B lebih disukai dari pada C”, maka ia pasti akan
mengatakan bahawa “A lebih disukai dari pada C.” Aksioma in sebenarnya untuk memastikan adanya
konsistensi internal di dalam diri individu dalam mengambil keputusn.
3.
Continuity ( Kelancaran)
Aksioma ini menjelaskan bahwa seorang
individu mengatakan “A lebih disukai dari pada B”, maka keadaan yang mendekati
A pasti juga lebih disukai dari pada B.
Ketiga asumsi ini dapat kita terjemahkan ke
dalam bentuk geometris yang lebih sering kita kenal dengan kurva indiferen
(selanjutnya kita tulis IC).[4]
Semua kombinasi
titik pada kurva indifference yang sama memilliki tingkat kepuasan yang sama,
tingat kepuasan pada titk A sama dengan tingkat kepuasan B atau C yaitu pada U1,
sedengkan titik D dan E memberikan tingkat kepuasan yang sama yaitu U2.
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
Ø Gabungan yang digambarka oleh kurva yang berada
di bawah kurva yang pertama adalah lebih sedikit jumlahnya. Ini berarti
kepuasan lebih sedikit yang diperoleh.
Ø Gabungan yang digambarkan oleh kurv yang berada
di atas kurva yang pertama adalah lebih banyak jumlahnya. Maka kepuasan dari
mengkonsumsinya lebih banyak.[5]
· Tingkat
Substitusi Marginal
Tingkat subtitusi
marginal merupakan jumlah sesuatu barang yang perlu diturunkan konsumsinya
untuk memperoleh satu unit barang lain yang akan ditambah konsumsinya.[6]
· Halal dan Haram
Sifat setiap komoditas tidak sama, yakni ada yng halal
dan ada pula yang haram. Kesejahteraan konsumen akan meningkat jika ia
mengkonsumi lebih banyak barang yang bermanfaat, halal dan mengurangi mengkonsumsi barang yang buruk atau haram dalam Islam sudah
jelas dan cukup rinci mengklasifikasikan mana yang barang halal dan mana barang
yang buruk. Islam juga melarang untuk mnghalalkan apa yang sudah ditetapkan
haram dan mengharamkan apa-apa yang sudah apa-apa yang sudah menjadi halal.[7]
“Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu mengharamkan apa-apa yang
baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” QS
Al-Maa’idah [5];87-88)
1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi seorang konsumen
sebagai berikut:
1. Faktor Kebudayaan
Ras, kelompok bagi para aggotanya. Ketika sub-besar
dan cukup makmur, perusahaan akan sering merancang pemasaran yang cermat
budaya, sub-budaya, dan kelas social sangat penting bagi perilaku pembelian.
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku pembentuk pling dasar.Anak-anak
yangm sedang tumbuh menapakan seperangkat nilai, persepsi, prefensi dan
perilaku dari keluarga danlembaga-lembaga penting lainnya.Masing-masing budaya
tediri dari sub-budaya yang lebih menampakkan identifkasi dan sosialisasi
khusus bagi para anggotanya.Sub-budaya mencakup kebangsaan, suku, agama budaya
menjadi disna.
2. Faktor Sosial
Selain faktor
budaya, perilaku konsumen di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
kelompok acuan, keluarga, peran, dan status sosial.Kelompok acuan terdiri dari
semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap
atau perilaku orang tersebut.
Keluarga meruapkan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
Keluarga meruapkan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
Peran dan status social seseorang menunjukkan
kedudukan orang itu setiap kelompok social yang ia tempati. Peran meliputi
kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Msing-masing peran
menghasilkan status.
3. Faktor Pribadi
Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup,
pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, juga nilai dan gaya
hidup konsumen.
4. Faktor Psikologis
Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah adanya rangsangan
pemasaran luar seperti ekonomi, teknologi, politik, budaya. Satu perangkat
psikologi berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk
menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah
memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan
pemasaran luar dengan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis
(motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran) secara fundamental, mempengaruhi
tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar