Minggu, 13 November 2016

[Tugas Kelompok] - Jenis Pasar, Latar Belakang Monopoli, Etika Dalam Pasar Kompetitif

Jenis Pasar, Latar Belakang Monopoli, Etika dalam Pasar Kompetitif by Rifqi Ramadhan on Scribd

[Tugas Kelompok] - Model Dalam Etika Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etika Manajerial

Model dalam Etika Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial by Rifqi Ramadhan on Scribd

[Tugas Kelompok] - Model dan Faktor Pendukung Beretika Dalam Bisnis

Model dan Faktor Pendukung Beretika dalam Bisnis by Rifqi Ramadhan on Scribd

[Tugas Individu] - Pelanggaran Etika Bisnis

Seperti yang telah diketahui oleh khalayak meskipun tidak semua, bahwa Samsung, Android dan Apple saling berselisih, diberbagai belahan Dunia saling tuduh menuduh tentang hak paten dan seakan kondisi ini tak berkesudahaan. Perang Hak paten antara perusahaan Teknology terbesar ini termuat pada artikel di situs Bussinesweek yang meskipun cukup panjang, namun menarik untuk di baca. Dijelaskan dalam artikel tersebut bahwa perang paten antara Apple dan berbagai produsen yang memproduksi berbagai produk Android dan juga artikel itu memberikan rincian bagaimana Apple terlibat dalam litigasi paten dengan sejumlah pembuat smartphone Android, termasuk Samsung, Motorola dan HTC. “Dalam perang paten telepon pintar (smartphone), cukup banyak hal yang dipertaruhkan. Perusahaan terkait tidak akan memiliki keraguan mengeluarkan uang banyak demi menjadi pemenang,” ungkap pengacara dari Latham & Watkins, Max Grant, dikutip dari Bloomberg, Jumat, 24 Agustus 2012. Menurut pengacara tersebut, saat kasus pelanggaran etika bisnis dalam hal ini menyangkut hak cipta sudah sampai di meja hijau, maka perusahaan tidak lagi memikirkan bagaimana harus menghemat pengeluaran keuangan. Sebagai pengakuan pengacara Apple yang memperoleh komisi US$ 1.200 atau sekitar Rp 11,3 juta per jamnya untuk meyakinkan hakim dan juri bahwa Samsung Electronics Co telah menciplak atau meniru desain smartphone dari Apple. Perusahaan yang dipimpin Tim Cook itu juga sudah menghabiskan total US$ 2 juta atau sekitar Rp 18,9 miliar hanya untuk menghadirkan saksi ahli. Walaupun nampak begitu besar uang yang diperoleh pengacara dan saksi ahli tersebut sebenarnya masih tergolong kecil dan masih masuk akal jika dilihat dari ukuran “kantong” perusahaan Apple ataupun Google. Sebagai ilustrasinya, biaya US$ 32 juta yang dikeluarkan Apple dalam kasus perang paten melawan Motorola Mobility setara dengan hasil penjualan Apple iPhone selama enam jam. Keduanya diminta menghentikan penjualan produk tertentu. 10 produk Samsung, termasuk Galaxy SII, tak boleh dijual lagi; 4 produk Apple, termasuk iPad 2 dan iPhone 4, juga demikian. Oleh pengadilan Korea, Samsung diminta membayar denda 25 juta Won, sedangkan Apple dikenakan denda sejumlah 40 juta Won atau setara dengan US$ 35.400 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Upaya hukum yang ditempuh pihak Apple sempat mengalami kemunduran saat hakim Koh menolak permintaan Apple untuk melarang penjualan perangkat Samsung di Amerika Serikat. Menurut Koh, hak paten desain Apple terlalu luas dan bahkan beberapa diantaranya memiliki kemiripan dengan konsep yang ada di serial Knight Rider tahun 1994. Berdasarkan putusan tersebut Apple melakukan upaya banding dan menyewa sebuah firma hukum terkenal di Los Angeles. Upaya ini dmaksudkan untuk meningkatkan upaya perang paten yang tengah berlangsung. Kedua pihak yang berselisih diminta menghentikan penjualan produk tertentu. 10 produk Samsung, termasuk Galaxy SII, tidak boleh dijual lagi; 4 produk Apple, termasuk iPad 2 dan iPhone 4, juga demikian. Hasil keputusan pengadilan Korea, Samsung diminta membayar denda sebesar 25 juta Won, sedangkan bagi perusahaan Apple dikenakan denda sejumlah 40 juta Won atau setara dengan US$ 35.400 B. Saran Pelanggaran etika bisnis yang dilakukan kedua perusahaan teknologi terbesar ini tentu akan berdampak buruk bagi perkembangan ekonomi, selain itu juga akan berkembang pendapat masyarakat yang melihat dan menilai kedua perusahaan teknologi ini secara moral dan melanggar hukum dengan saling bersaing namun dengan cara yang tidak beretika. Kedua kompetitor ini seyogyanya lebih profesional menjalankan bisnis, tidak hanya mencari keuntungan dari segi ekonomi, tetapi juga menjaga etika dan moral di masyarakat yang menjadi konsumen serta mematuhi peraturan yang berlaku.

Sabtu, 15 Oktober 2016

Studi Kasus Etika Pasar Bebas

Nama : Andree Maulana Yusuf Matkul : Etika Bisnis NPM : 10213939 Kelas : 4EA29 Studi Kasus Etika Pasar Bebas Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar. Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang berlaku. Apalagi persaingan yang akan dibahas adalah persaingan produk impor dari Indonesia yang ada di Taiwan. Karena harga yang lebih murah serta kualitas yang tidak kalah dari produk-produk lainnya. Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena disebut mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik dari peredaran. Zat yang terkandung dalam Indomie adalah methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pada Jumat (08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk sementara waktu tidak memasarkan produk dari Indomie. Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan segera memanggil Kepala BPOM Kustantinah. “Kita akan mengundang BPOM untuk menjelaskan masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa hari Kamis ini,” kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi IX DPR akan meminta keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak negara luar yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam produk Indomie. Analisis Pada kasus ini diketahui bahwa indomie dalam bahan bakunya menggunakan pengawet methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua bahan pengawet itu membuat produk menjadi tidak cepat busuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik pemakaian nipagin dibatasi maksimal 0,15%. Ketua BPOM Kustantinah membenarkan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang juga berada di dalam kecap dalam kemasan mie instan tersebut tetapi dalam batas aman dan wajar untuk dikonsumsi. Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk konsumsi akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker. Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision, produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan internasional tentang regulasi mutu, gizi dan keamanan produk pangan, sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codex. Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia dan karena standar diantara kedua Negara berbeda maka timbullah masalah ini. Kesimpulan Dalam berbisnis setiap perusahaan mempunyai target yang harus terpenuhi dan mempunyai tujuan untuk memperluas target pasarnya tidak hanya dalam taraf nasional tetapi internasional. Namun dalam perjalanannya banyak hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah etika dalam berbisnis. Pada produk Indomie ini bukan hanya keuntungan yang maksimal dan memperluas target pasar tetapi kepuasan konsumen dan transparasi bahan baku yang digunakan juga harus diperhatikan sehingga dapat membentuk perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi dan patut diperhitungkan. Saran Dalam hal ini saran lebih diutamakan kepada produsen Indomie dalam hal memasarkan produknya harus lebih teliti dalam standart-standart bahan baku yang digunakan pada Negara tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan nama produknya menjadi rusak dan membuat buruk bukan hanya produknya tetapi perusahaan dan citranya di masyarakat. Sumber Referensi: http://reza-ajie.mhs.narotama.ac.id/2012/10/08/tugas-etika-bisnis-makalah-pelanggaran-etika-bisnis/ http://n2cs.wordpress.com/2012/11/03/etika-bisnis/

Jumat, 10 Juni 2016

NOVEL CRITICAL ELEVEN - BAHASA INDONESIA 2

Judul Novel     : CRTITICAL ELEVEN
Penulis : IKA NATASSA
Penerbit           : PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
Tahun Terbit    : 2015
Tebal Buku      : 344 halaman

Sinopsis: Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger. In a way, it's kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah—delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan. Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya. Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka. Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya.


Resensi: Pertama kali muncul sebagai cerita pendek dalam buku kumpulan cerpen metropop berjudul Autumn Once More, Critical Eleven yang ditulis Ika Natassa sudah membuat banyak pembaca jatuh hati sekaligus penasaran. Dalam cerpen tersebut, dikisahkan seorang wanita tengah berada dalam sebuah perjalanan dengan pesawat terbang, sedang mengenang awal pertemuannya dengan seorang lelaki yang kelak menjadi kekasihnya. Namun sungguh disayangkan, perkenalan manis tersebut hanya tinggal kenangan, karena keduanya kini telah menjadi orang asing satu sama lain. Cerpen hanya berakhir di situ saja. Pertanyaannya, apa yang menyebabkan mereka tak lagi saling cinta? Dalam novel inilah, Ika Natassa menjawab pertanyaan tersebut. “Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu.” Ika Natassa kemudian mengaitkannya dengan pertemuan antarmanusia. Tiga menit pertama adalah saat paling menentukan, sebab saat itulah pertama kali kesan terhadap seseorang terbentuk. Sedangkan delapan menit sebelum berpisah, ada saat di mana kita memutuskan apakah pertemuan tersebut akan berlanjut ke arah yang lebih baik, atau sebaliknya, menjadi sebuah perpisahan yang dinanti-nanti. Tanya Baskoro (Anya) dan Aldebaran Risjad (Ale) bertemu dalam pesawat. Sebelas menit paling kritis dari pertemuan tersebut rupanya membawa kesan yang dalam bagi keduanya, terutama bagi Ale. Namun butuh waktu satu bulan sebelum Ale akhirnya berhasil mengumpulkan keberanian untuk menghubungi Anya kembali. Long story short, mereka jadian. Setelah setahun berpacaran, keduanya sepakat bahwa mereka adalah belahan jiwa satu sama lain. Mereka pun menikah, walau tak dapat selalu bersama sepanjang waktu. Pekerjaan Ale sebagai petroleum engineer memaksanya tinggal jauh dari Anya. Sementara Anya tetap menjalankan profesinya sebagai management consultant di Jakarta. Untungnya Ale miliki waktu 5/5, yakni lima minggu bekerja di rig (persisnya, di Teluk Meksiko), dan lima minggu libur—yang selalu dihabiskannya di Jakarta bersama Anya. Walau tak selalu bersama, hubungan pernikahan mereka tetap harmonis. Hingga kemudian tragedi itu terjadi—sebuah tragedi memilukan yang menjadi mimpi buruk pasangan suami istri manapun. Pada akhirnya, meski masih berstatus suami istri dan tinggal seatap, sebuah jarak telah tercipta di antara mereka, walau dalam lubuk hati masing-masing, keduanya sesungguhnya masih saling mencintai. Mungkinkah mereka dapat mempertahankan pernikahan? Atau justru harus mengakhirinya? Pertama kali mendengar kabar bahwa Critical Eleven akan dijadikan novel, saya sangat bergairah dan tak sabar untuk segera membacanya. Sayang, setelah berbulan-bulan menanti, saya tidak kebagian jatah PO. Saking banyaknya pembaca yang penasaran dan memesan melalui jalur PO di toko-toko buku online, buku ini langsung ludes sebanyak 1.111 eksemplar hanya dalam 11 menit. Bayangkan! Saya Cuma bisa pasrah dan bersabar menunggu cetakan berikutnya beredar di toko buku di kota tempat saya tinggal. Sebagai pembaca karya-karya Ika Natassa, saya harus mengkui bahwa Critical Eleven adalah novelnya yang memiliki konflik paling menyesakkan dada. Berulang kali saya dibuat nyaris meneteskan air mata (oke, hapus bagian “nyaris”-nya) saat menyaksikan para tokohnya dipaksa bergelut dengan rasa kehilangan. Dalam novel ini, Ika kembali ‘memerankan’ dirinya dalam multikarakter seperti yang pernah sukses dilakukannya dalam Antologi Rasa. Namun dalam Critical Eleven, karakter yang diperankannya cukup dua tokoh saja, yaitu Anya dan Ale. Ya, novel ini diceritakan melalui dua sudut pandang tokoh tersebut, dan Ika sekali lagi berhasil melakukannya dengan baik. Tokoh Anya dan Ale terasa benar-benar nyata. Pembaca, setidaknya saya, sungguh dapat merasakan emosi yang kuat dari dua tokoh ini. Anya benar-benar terlihat berusaha untuk tegar walau sebenarnya rapuh. Sementara Ale, terlihat jelas bahwa ia sangat mencintai Anya dan rela berkorban perasaan demi sekadar mendapatkan seulas senyum tipis dari istrinya itu. Untuk urusan teknik bercerita, kepiawaian penulis tak perlu diragukan lagi. Selain menggunakan dua sudut pandang, cerita dalam novel ini diperkuat melalui alur yang tak biasa, yakni alur maju dan mundur. Penggunaan alur campuran ini cukup sukses membuat emosi saya jungkir balik. Penulis memang tak langsung memaparkan penyebab renggangnya hubungan Anya dan Ale, melainkan terlebih dahulu membangun rasa penasaran pembaca melalui gambaran situasi pernikahan mereka di masa kini, diselingi berbagai kisah masa lalu yang manis dan mengundang senyum. Hingga kemudian masalah yang sebenarnya diungkap, saya benar-benar tak mampu lagi membendung air mata. Meski saya tak pernah mengalaminya sendiri (amit-amit), saya memiliki kerabat yang pernah mengalami tragedi yang sama persis dengan yang dialami Anya dan Ale. Ya Tuhan. T.T Sebuah pernikahan memang membutuhkan komitmen yang kuat dan rasa saling percaya di antara kedua belah pihak, termasuk rasa saling percaya saat tengah mengalami masa-masa sulit. Dalam kasus Anya dan Ale, keduanya memilih untuk menanggung rasa kehilangan mereka sendiri-sendiri, dan itu malah memperparah hubungan pernikahan mereka. Barangkali ini pesan moral yang coba disampaikan oleh penulis. Saya agak kesulitan bila ditanya bagian dari novel ini yang menjadi favorit, sebab banyak sekali adegan yang sangat berkesan. Misalnya monolog Ale dan Anya yang seolah mengajak pembaca untuk merenung. Ciri khas Ika Natassa terlihat jelas di sini. Awalnya beliau (melalui tokoh Anya dan Ale), membeberkan fakta-fakta menarik seputar banyak hal (budaya pop dan pengetahuan umum), sebelum membahas masalah yang sesungguhnya. Lumayan nambah-nambah pengetahuan dengan cara yang fun dan tak membosankan. Hehe. Adegan-adegan yang melibatkan interaksi Ale dan keluarganya lumayan menjadi bagian favorit saya. Saya menyukai cara penulis menggambarkan hubungan antara Ale dan ayahnya, yang meski awalnya kurang harmonis, namun pada akhirnya terlihat sekali bahwa ayah sangat menyayangi Ale, dan sebaliknya, Ale sangat menghormati ayah. Hubungan antara Ale dan Harris sebagai kakak-adik pun cukup ampuh menjadi pencerah dalam novel yang bernuansa sendu ini (iya, Harris di Antologi Rasa itu). Ada satu adegan dramatis yang membuat jantung saya berpacu, yaitu ketika Ale berulang tahun. Harris meminta Anya bekerjasama untuk mengerjai Ale (omong-omong, Harris dan keluarga besarnya tak tahu-menahu mengenai permasalahan yang dialami Ale dan Anya, sebab keduanya menutupinya dengan rapat). Sesuai skenario yang dirancang Harris, Anya meninggalkan pesan pada Ale bahwa ia akan pergi dari hidup Ale. Ale, yang sedang mati-matian berusaha memperbaiki hubungannya dengan Anya, tentu saja kalang kabut. Ditambah lagi, kemungkinan besar Anya akan menggunakan kesempatan ini untuk kabur betulan. Saat membaca bagian ini, saya seolah menjadi Ale. Saya benar-benar dibuat semaput dan bertanya-tanya: apakah Anya sungguh-sungguh pergi? Secara keseluruhan, saya sangat menikmati bergalau-ria bersama Critical Eleven. Tadinya saya sempat merasa kalau buku ini kurang ‘nendang’. Barangkali karena saya membandingkannya dengan karya-karya Ika Natassa sebelumnnya, yang bernuansa fun, witty, dan jauh dari kesan kelam. Tapi bila ditilik lebih lanjut, kurang nendang apa coba novel ini? Konfliknya begitu dalam (seperti yang saya harapkan cerita-cerita fiksi), sampai-sampai saya butuh asupan tisu untuk menjaga agar mata tetap kering.

CARA MEMBUAT RESENSI - BAHASA INDONESIA 2

PENGERTIAN
Apa itu resensi buku? Resensi berasal dari bahasa latin, “revidere” atau “recensere” yang berarti melihat kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan “recensie” sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “review”. Resensi adalah suatu tulisan yang bertujuan untuk memberikan pertimbangan atau penilaian tentang suatu buku yang baru diterbitkan kepada pembaca. Melalui resensi tersebut, para pembaca bisa mendapatkan suatu informasi, penting atau tidaknya suatu buku dan layak atau tidaknya untuk dibaca.
Tujuan Resensi

Seorang penulis resensi atau biasa disebut resentator akan memberi pertimbangan kepada pembaca secara seimbang, baik kelebihan maupun kekurangan suatu buku yang diresensinya. Selain itu penulisan resensi bertujuan untuk :

Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.

Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.

Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau penulis lainnya.

Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan, isi, dan substansi buku

Unsur – Unsur Dalam Resensi
Setiap orang bisa membuat resensi dari suatu buku. Namun tetap dibutuhkan poin poin tertentu agar resensi yang kita buat bisa diterima orang lain. Berikut hal-hal yang harus ada dalam sebuah resensi buku :


§  Identitas buku

Jika buku yang akan anda resensi adalah buku terjemahan, akan lebih baik jika kamu menuliskan judul asli buku tersebut. Demikian juga dengan pengarang buku tersebut. Jika buku yang diresensi adalah buku terjemahan, kamu harus menyebutkan penulis buku asli dan penerjemah.



§  Judul resensi

Judul resensi harus memiliki keselarasan dengan isi resensi yang dibuat. Judul yang menarik juga akan memberi nilai lebih pada sebuah resensi.


§  Data buku

Data buku berisi :

a. Judul buku

b. Pengarang

c. Penerbit

d. Tahun terbit beserta cetakannya

e. Dimensi buku

f. Harga buku


§  Ikhtisar Isi resensi buku

Ikhtisar adalah bentuk singkat dari suatu karangan atau rangkuman. Ikhtisar merupakan bentuk singkat karangan yang tidak mempertahankan urutan karangan atau buku asli, sedangkan ringkasan harus sesuai dengan urutan karangan atau buku aslinya.


§  Kelebihan dan kekurangan buku

Penulis resensi harus memberikan penilaian mengenai kelebihan dan kelemahan buku yang disertai dengan ulasan secara objektif.


§  Penutup resensi buku

Pada bagian penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis dan kepada siapa buku tersebut ditujukan, serta kritik dan saran kepada penulis.

Setelah mengetahui unsur-unsur yang harus terkandung dalam sebuah resensi buku, sekarang kita mulai untuk membuatnya. Berikut langkah-langkah cara membuat resensi buku :


1. Menentukan buku yang akan diresensi

Tentukan buku yang akan anda resensi baik itu roman, novel, biografi, atau yang lain. Selain itu seorang resentator menyebutkan juga buku termasuk buku fiksi atau nonfiksi.


2. Mencatat anatomi buku

Dalam resensi juga tercantum identitas dari buku. Catatlah identitas buku yang akan kita resensi, seperti jenis buku, judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, tahun cetak, jumlah halaman, jenis kertas, dimensi dan harga buku. Catat pula mengenai bentuk atau format dari buku itu. Apakah bentuknya, kertas, ilustrasi cover, jenis huruf yang dipakai, dan sebagainya.


3. Membaca buku dengan teliti

Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Sebelum membuat resensi, bacalah terlebih dahulu buku yang akan diresensi hingga tuntas lalu mencatat kutipan dan kata-kata penting, dan poin poin utama di dalamnya.


4. Membuat Ikhtisar buku

Menulis kembali gagasan yang dianggap penting ke dalam karangan singkat yang mempunyai satu kesatuan yang padu


5. Membuat isi resensi

Selanjutnya, Pada tahap ini kita memberikan komentar dan pandangan kita terhadap buku yang kita resensi. Berikut langkah-langkahnya :


§  Membuat informasi umum tentang buku yang diresensI
§  Menentukan judul resensi
§  Membuat ringkasan secara garis besar
§  Memberikan penilaian buku
§  Menonjolkan sisi lain dari buku yang diresensi
§  Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca
§  Penilaian dari segi kelengkapan karya, EYD dan sistematika resensi

6. Kesimpulan

Kemukakan apa yang diperolehnya dari buku yang diresensi dan imbauan kepada pembaca. Jangan lupa cantumkan nama kamu selaku peresensi.

ABTRAKSI - BAHASA INDONESIA 2

ABSTRAKSI

ABSTRAK
M Hanafi Fatkan R E. 34110127
PEMBUATAN APLIKASI KEBUDAYAAN DAN KULINER JAKARTA BERBASIS ANDROID.
PI. Manajemen Informatika, Direktorat Program Diploma Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma, 2013 Kata
Kunci : Aplikasi, Kebudayaan, Kuliner, Android
 (xi + 69 + Lampiran)

 Pokok pembahasan dalam penulisan ilmiah ini adalah menjelaskan mengenai cara Pembuatan Aplikasi Kebudayaan Dan Kuliner Jakarta Berbasis Android. Pada proses pembuatannya dibutuhkan rancangan awal pembuatan aplikasi ini yang disajikan melalui bentuk rancangan interface. Aplikasi Kebudayaan Dan Kuliner Jakarta Berbasis Android sangat mudah digunakan karena menampilkan user interface yang sangat user friendly. Perangkat lunak yang digunakan adalah Android SDK(Software Development Kit) serta didukung oleh AVD(Android Virtual Device), yang berfungsi untuk mengembangkan algoritma-algoritma yang dibangun, dengan menggunakan Eclipse Indigo sebagai editor untuk menulis script, selain itu juga versi Android Virtual Device yang digunakan pada pembuatan aplikasi ini yaitu Android 2.3 (Gingerbread). Dengan menggunakan aplikasi ini, diharapkan mempermudah para pengguna dalam mencari informasi mengenai Kebudayaan Dan Kuliner Jakarta, karena pengguna hanya perlu memilih menu-menu yang disediakan sehingga tidak perlu lagi mengetik secara manual.


Daftar Pustaka (2011 – 2013)

Komentar : Pada contoh Abstraksi ini kita dapat melihat bentuk ringkas dari isi suatu dokumen yang terdiri atas bagian-bagian penting dan mendeskripsikan isi dan cakupan dari tulisan. Abstraksi pada penelitian PEMBUATAN APLIKASI KEBUDAYAAN DAN KULINER JAKARTA BERBASIS ANDROID adalah suatu gambaran atau bayangan yang menceritakan tentang alur dari suatu penelitian yang ditulis oleh M Hanafi Fatkan R E. 34110127 agar para pembaca dapat memahami secara singkat inti dari penelitiannya.

RINGKASANBUKU EKONOMI - BAHASA INDONESIA 2

1.      Membuat ringkasan buku ekonomi!
======================================================
A.     IDENTITAS BUKU
Judul                : Anggaran Perusahaan
Penulis  : Drs. Gunawan Adisaputro, M.B.A. & Drs. Marwan Asri, M.B.A.
Penerbit            : BPFE-YOGYAKARTA
Tahun terbit      : 2012
Tebal buku       : 324 halaman
Jumlah BAB     : XI

B.     RINGKASAN
BAB 1 ANGGARAN SEBAGAI PERALATAN MANAJEMEN
1.      ANGGARAN SEBAGAI SISTEM PERENCANAAN TERPADU
Semakin kompleksnya masalah menyebabkan banyak kegiatan harus dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang cermat. Anggaran atau lengkapnya business budget adalah salah satu bentuk dari berbagai rencana yang mungkin disusun, meskipun tidak setiap rencana dapat dosebut seabagai anggaran. Business budget, orang sering menerjemahkan menjadi anggaran perusahaan, adalah rencana tentang kegiatan perusahaan. Rencana ini mencangkup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruh satu sama lain.
2.      ANGGARAN PENDEKATAN SISTEM
Anggaran dapat dianggap sebagai sistem yang memiliki kekhususan tersendiri atau sebagai suatu sub-sistem yang memerlukan hubungan (interface) dengan subsitem lain yang ada dalam perusahaan itu.
Demikian juga halnya dengan anggaran. Anggaran juga dapat dianggap sebagai sistem yang otonom karena mempunyai sasaran serta cara-cara kerja tersendiri yang merupakan satu kebualatan dan yang berbeda dengan sasaran serta cara kerja sistem  lain yang ada dalamperusahaan.


3.      ANGGARAN DAN PENGANGGARAN
Salah satu definisianggaran yang banyak di pakai adalah sebagai berikut. Business budget adalah suatu pendekatan yang  formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan.
Anggaran merupakan kata benda, yakni hasil yang di peroleh setelah menyelesaikan tugas perencanaan. Di dalam suatu menyusun anggaran perusahaan maka perlu di perhatikan bahwa anggaran harus realistis, luwes dan kontinu.
4.      ANGGARAN KOMPREHENSIF DAN ANGGARAN PARSIIL
Anggaran jenis budget komprehensif jenis kegiatan yang dicangkupnya meliputi seluruh aktifitas perusahaan bidang marketing, produksi, keuangan, personalia dan administrasi.

BAB 2 MANFAAT ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
            Anggaran sebagai alat manajemen untuk keperluan perencanaan dan pengawasan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan ini diukur dari segi manfaat yang ingin diperoleh dari pengguna sistem itu di dalam pelaksanannya. Semakin banyak dan rumit yang di tuju, semakin banyak persyaratan yang dituntut dalam persiapan dan penyusunannya. Demikian sebaiknya.
Persyaratan yang dimaksud meliputi:
1)      Jenis dan mutu data yang didapat disediakan
2)      Sistem akuntansi keuangan dan akuntansi biaya
3)      Sikap manajemen di dalam menanggapi adanya pengubahan biaya dan harga-harga
4)      Tingkat kewenangan yang diberikan pimpinan kepada bawahannya
oleh karena itu manajemen perlu menentukan terlebih dahulu pilihan sasaran dan manfaat apa yang ingin diperolehnya dari penggunaan anggaran sebagai alat manajemen.


1.      TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN ANGGARAN
Pekembanan anggaran dipandang dari segi manfaat yang ingin diperoleh pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu:
·        Anggaran sebagai alat penaksir, dari segi manfaat yang dapat di peroleh ini merupakan perkembangan yang paling awal dari anggaran sebagai alat perencanaan.
·        Anggaran sebagai plafond an sekaligus alat pengatur otorisasi, tahapan ini sudah setingkat lebih maju. Bilaman sistem akuntansi biaya yang dipakai bersifat ektra komtabel, maka anggarannya bersifat statis.
·        Anggaran sebagai alat penilai efisiensi, merupakan tingkat perkembangan yang paling akhir. Baik fungsi perencanaan maupun fungsi pengendalian keduanya sama menonjolnya.
BAB 3 STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGANGGARAN BIAYA
            Anggaran sebagai alat manajemen berfungsi merencanakan dan mengawasi keuntungan. Keuntungan yang sebenarnya dilaporkan sebagai data akuntansi dalam rekening laba/rugi. Keuntungan yang dianggarkan juga disusun dalam bentuk anggaran rugi laba.
            Oleh karena itu kita perlu membedakan antara penganggaran biaya dengan pemanfaatan biaya.
1.      Pentinnya struktur organisasi dalam penganggaran biaya struktur mencerminkan organisasi dengan demikian akan memberikan kepada kita gambaran tentang siapa yang tanggung jawab.
2.      Penganggaran biaya dan pemanfaatan biaya menunjukkan pada kita proses tentang siapa yang harus bertanggung jawab atas jenis biaya tertentu.
  
BAB 4 ANGGARAN PENJUALAN
            Dalam menyusun anggaran penjualan ada langkah-langkah yang perlu dilakukan  menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri meliputi:
1)      Penentuan dasar-dasar anggaran
a.       Penentuan relevant variable yang mempengaruhi penjualan
b.      Penentuan tujuan umum dan khusus yang diinginkan
c.       Penentuan strategi pemasaran yang dipakai
2)      Penyusunan Rencana Penjualan
a.        Analisis ekonomi, dengan mengadakan proyeksi terhadap aspek-aspek makro seperti : moneter, kependudukan, kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi dan teknologi.
b.      Melakukan analisa industri yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan masyarakat menyerap produk sejenis yang di hasilkan oleh industri.
c.       Melakukan analisa prestasi penjualan yang lalu yang dilakukan untuk mengetahui posisi perusahaan pada masa lalu.
d.      Analisa penentuan prestasi penjualan yang akan datang, dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan mencapai target penjualan di masa depan, dengan memperhatikan faktor- faktor produksi seperti : bahan mentah, tenaga kerja, kapasitas produksi dan keadaan permodalan.
e.       Menyusun forecast penjualan, yaitu untuk meramalkan jumlah penjualan yang diharapkan dengan anggapan segala sesuatu berjalan seperti masa yang lalu.
f.        Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan.
g.       Menghitung rugi/laba yang mungkin diperoleh.
h.       Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah disetujui pada pihak lain yang berkepentingan.

            Semua langkah-langkah di atas bertujuan untuk memudahkan manajemen dalam menyusun anggaran penjualan.



3)      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Penjualan
Pada anggaran penjualan agar realistis perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi anggaran penjualan. Menurut Ellen Cristina faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Faktor intern, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan, antara lain
A.     Penjualan tahun-tahun yang lalu.
B.     Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah penjualan.
C.     Kapasitas produksi dan kemungkinan perluasannya.
D.     Tenaga kerja yang dimiliki.
E.      Modal yang tersedia.
F.      Fasilitas-fasilitas lainnya.

2.      Faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan.
A.     Keadaan persaingan di pasar.
B.     Posisi perusahaan dalam persaingan.
C.     Tingkat pertumbuhan penduduk.
D.     Tingkat penghasilan masyarakat.
E.      Elastisitas permintaan terhadap harga barang yang dihasilkan perusahaan.
F.      Agama, adat istiadat dan kebiasaan masyarakat.
G.     Kebijaksanaan pemerintah.
H.     Keadaan perekonomian nasional/internasional.
I.        Kemajuan teknologi, barang substitusi dan selera konsumen.
            Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas perusahaan harus jeli di dalam merencanakan dan mengendalikan penjualannya agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik.
4)      Efektivitas
A. Pengertian Efektivitas
            Salah satu unsur penting untuk manajer adalah mengukur pelaksanaan untuk mencapai tujuan organisasi akan perusahaan. Pengukuran pelaksanaan tersebut dalam manajemen kita kenal dengan pengukuran efektivitas. Oleh karena itu, konsep tersebut harus dipertimbangkan dalam pelaksanaannya dengan tujuan untuk menyelesaikan kondisi yang ada dalam perusahaan.
            Menurut Anthony dalam bukunya ”Sistem Informasi” menyataka Efektivitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dan sasaran yang harus dicapainya.
            Menurut Arrens and Loebbecke dalam bukunya ”Auditing Pendekatan Terpadu”menyatakan Efektivitas adalah menilai apakah suatu lembaga atau organisasi telah memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam mencapai standar kelayakan yang mengacu kepada pencapaian suatu tujuan.”
            Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas selalu berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dimana suatu perusahaan dapat diartikan telah dioperasikan secara efektif apabila perusahaan tersebut dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

5)      Kriteria Efektivitas
 Ada beberapa kriteria efektivitas yang harus diketahui, menurut Arrens dan Loebbecke dalam bukunya ”Auditing Pendekatan Terpadu” menyatakan
”1. Kinerja historis
  2.Kinerja yang dapat diperbandingkan
  3.Standar rekayasa
  4.Diskusi dan kesepakatan.

6)      Pengendalian
A.     Pengertian Pengendalian
            Pengendalian merupakan kebijaksanaan, prosedur dan praktik yang diterapkan oleh manajemen untuk mengelola perusahaan dalam usaha mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien, mencakup koreksi atas kekurangan, kelemahan dan penyimpangan yang ada serta penyesuaian operasi agar sesuai dengan sasaran untuk membandingkan hasil dengan rencana. Hasil pengendalian sangat penting dalam pencapaian sasaran.
            Menurut R. N. Anthony, J. Dearden, dan N. Bedford dalam bukunya
Sistem Pengendalian Manajemen menyatakan
            Pengendalian adalah proses untuk memotivasi dan memberi semangat orang-orang yang melaksanakan kegiatan-kegiatan demi mencapai tujuan organisasi.
Menurut Harold Koontz dalam bukunya Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah menyatakan
            Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara.
            Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulakn bahwa pengendalian dapat diartikan secara umum sebagai upaya yang dilakukan manajemen supaya pelaksanaan tidak menyimpang dari rencana. Selain itu juga memberi semangat kepada karyawan untuk melaksanakan kegiatan agar mencapai tujuan yang ditentukan.

7)      Jenis-Jenis Pengendalian
            Pengendalian merupakan proses mengevaluasi pelaksanaan nyata setiap komponen organisasi dan melaksanakan tindakan koreksi untuk itu perlu mengklasifikasikan pengendalian tersebut. Menurut Welsch, dkk dalam bukunya ”Anggaran Perusahaan” jenis-jenis pengendalian adalah sebagai berikut :
1. Pengendalian awal
Dipergunakan sebelum kegiatan atau tindakan dilaksanakan untuk menjamin bahwa sumber daya manusia dan dahan baku telah dipersiapkan dan perusahaan telah siap untuk melaksanakan kegiatan.
2. Pengendalian berjalan (biasanya dalam bentuk laporan kinerja berkala)
Pemantauan (dengan menggunakan observasi personal dan laporan-laporan) terhadap aktivitas berjalan untuk menjamin bahwa tujuan dapat dicapai dan kebijakan serta prosedur telah ditetapkan dengan benar.
3. Pengendalian umpan balik
Tindakan pasca operasi memfokuskan pada hasil periode sebelumnya untuk menghasilkan aktivitas di masa yang akan datang.

8)      Prosedur Pengendalian
            Pengendalian berhubungsn dengsn pengukursn efisiensi dan efektivitas dalam menggerakan bahan dan tenaga kerja serta sumber keuangan terhadap suatu tujuan. Kegiatan ini meliputi perbandingan dengan berbagai jenis standar kualitas, waktu, maupun nilai. Kegiatan tersebut meliputi pengambilan tindakan yang perlu bilamana terjadi kondisi-kondisi yang menyimpang dari target.
            Proses pengendalian berjalan dirancang untuk membantu memantau aktivitas yang sedang berjalan dari satu unit usaha dan setiap pusat tanggung jawab. Prosedur pengendalian menurut Welsch dalam bukunya ”Anggaran Perusahaan” adalah :
1. Membandingkan kinerja aktual untuk periode yang bersangkutan dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Menyiapkan laporan kinerja yang berisi aktual, hasil yang direncanakan dan selisih dari kedua angka tersebut.
3. Menganalisis penyimpangan antara hasil aktual dengan hasil yang direncanakan dan selisih dari kedua angka tersebut.
4. Mencari dan mengembangkan tindakan alternatif untuk mengatasi masalah dan belajar dari pengalaman pihak lain yang telah sukses di suatu bidang tertentu.
5. Memilih (tindakan koreksi) dari kumpulan alternatif yang ada dan menerapkan tindakan tersebut.
6. Tindak lanjut atas pengendalian untuk menilai efektivitas dari tindakan koreksi yang diterapkan. Lanjutkan dengan umpan maju umtuk membuat perencanaan periode berikutnya.”

9)      Pengendalian Penjualan
            Aktivitas penjualan sangat erat hubungannya dengan tujuan perusahaan, sehingga menjadi pusat perhatian yang utama karena dengan adanya aktivitas penjualan ini diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang semaksimal mungkin dan berkesinambungan serta perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup masa yang akan datang. Oleh karena itu pimpinan perusahaan harus melaksanakan pengendalian secara konsisten terhadap semua aktivitas operasional perusahaan dalam hal ini menyangkut penjualan.
Pengendalian penjualan dapat dilakukan dengan adanya laporan aktivitas penjualan yang dibandingkan dengan anggaran penjualan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya selisih.
            Pengendalian penjualan meliputi analisis, penelaahan dan penelitian yang diharuskan terhadap kebijaksanaan, prosedur, metode dan pelaksanaan yang sesungguhnya untuk mencapai hasil pengembalian yang diharapkan investasi.
            Laba bersih yang optimum akan dapat direalisasi hanya apabila terdapat hubungan yang wajar diantara keempat faktor ini yaitu :
1.      Investasi dalam modal kerja dan fasilitas-fasilitas
2.      Volume penjualan
3.      Biaya operasi
10)  Laba kotor
Teknik-teknik analisis untuk meningkatkan volume penjualan yaitu :
1.      Analisis dan pelaksanaan penjualan masa lalu, dalam hubungannya dengan harga dan volume untuk menyelidiki dengan seksama segi kelemahan dari anggaran penjualan dan melaporkannya.
2.      Memberi bantuan kepada pimpinan penjualan untuk menentukan anggaran penjualan secara menyeluruh yang cocok dan melaporkan ketaatan pelaksanaannya sesuai dengan rencana.
3.      Memberi bantuan kepada pimpinan penjualan dalam menyususn standar penjualan.
4.      Pembuatan analisis biaya yang wajar dan analisis investasi untuk digunakan dalam menentukan harga jual.

Adapun tujuan dari pengendalian penjualan diantaranya sebagai berikut :
a.       Target penjualan dengan kualitas yang dikehendaki.
b.      Penerapan kebijaksanaan metode dan prosedur yang mendukung target penjualan.
c.       Efisiensi biaya penjualan dalam mencapai volume penjualan.
d.      Pencapaian hasil pengembalian.

11)  Hubungan Anggaran Penjualan Dengan Efektivitas Pengendalian Penjualan
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa anggaran penjualan memiliki manfaat sebagai alat pengendalian. Manfaat dari anggaran penjualan adalah sebagai alat pengendalian penjualan sehingga bila terdapat selisih antara penjualan yang dianggarkan dengan penjualan sebenarnya dapat segera diketahui oleh manajemen, dan manajemen akan mengambil tindakan yang diperlukan dan menganalisisnya sehingga penjualan yang diharapkan dapat tercapai.
Masalah penjualan merupakan masalah yang komplek dan dinamis. Dikatakan dinamis karena situasi dan kondisi yang selalu berubah-ubah sehingga selalu terdapat masalah yang baru dan berbeda. Masalah-masalah yang ada dalam pengelolaan penjualan yaitu masalah produk, penetapan harga, distribusi, metode penjualan, organisasi, perencanaan dan pengendalian, dimana setiap perusahaan tidak dapat menghindarinya. Oleh karena itu diperlukan alat pengendalian penjualan untuk memecahkan masalah tersebut.
Pengendalian penjualan dapat mengungkap adanya penyimpangan melalui analisis dan penelitian. Penyimpangan yang terjadi harus dikoreksi manajemen agar volume penjualan yang diharapkan perusahaan dapat tercapai. Anggaran adalah salah satu alat bantu manajemen untuk dapat melaksanakan fungsi pengendalian penjualan agar penjualan berjalan lancar serta meminimalkan terjadinya penyimpangan.
Apabila penyimpangan dapat diminimalkan berarti perusahaan dapat mencapai penjualan optimal dengan membandingkan anggaran penjualan dan aktualnya, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran penjualan bisa dipakai. Pada umumnya perusahaan saat ini menghadapi kesulitan di bidang pemasaran, maka akan lebih baik apabila penyusunan anggaran penjualan disusun paling dahulu karena secara umum anggaran penjualan mempunyai kegunaan pokok yaitu sebagai pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja, alat pengawasan kerja untuk membantu manajer dalam memimpin jalannya perusahaan. Sedangkan secara khusus anggaran penjualanberguna sebagai dasar penyusunan anggaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Berarti operasi perusahaan telah berjalan dengan baik, maka anggaran penjualan dapat mendukung efektivitas pengendalian penjualan.

Hubungan anggaran penjualan terhadap efektivitas pengendalian penjualan menurut Ellen Cristina dalam bukunya ”Anggaran Perusahaan” menyatakan bahwa Anggaran merupakan suatu proses perencanaan dan pengendalian kegiatan operasi perusahaan.